Goresan Balada
Kupu-kupu semalam aku bermimpi, sakratul maut dipangkuan ayahku.
Saat itu aku begitu tenang, rasanya aku meninggalkan senyum di wajah pucat pasiku..
Kupu-kupu begitu hebatnya riwayatmu, terbang indah bebas setelah kau bersemayam tenang dalam cangkang kepompongmu yg lucu.
Tahukah kau, saat melihatmu terbujur mati sendirian?
Kau tetap membuka sayapmu dan tetap indah..
Kau memberi inspirasi pada jiwa yang sedang berjalan pada keyakinan yang rapuh..
Aku sadar aku tak pernah puas, tak pernah bersyukur atas apa yg sudah tuhan berikan pada hidupku ini..
Entah berapa juta orang yang lebih menderita,
tapi sungguh. Diluar itu aku senantiasa berdoa jutaan kali lipatnya merasakan kebahagiaan..
Kupu-kupu aku tengah duduk di teras bangunan yang berkubah.
Dimana tadi aku mendengar alunan bedug dan adzan yang indah, aku juga bersimpuh didalam bangunan ini sejenak menjadi manusia pendoa yang ingat dosa-dosa besarku..
Kupu-kupu, dari sisi kiniku.. Sejenak terlintas dalam hatiku.
Kematian adalah kepastian yang menjadi kodrat bagi yang hidup, meski tak pasti waktunya tapi ia akan datang.
Entah berapa triliun jiwa berdoa untuk diberi umur panjang, entah berapa milyar yang mendoa senantiasa mendapat kesehatan..
Aku juga sempat merinci berapa juta orang di atas bumi ini yang bersyukur, karen ribuan orang mungkin masih kebingungan mencari seperti apa tuhan dan agama yang benar. Tapi aku tak menghiraukan berapa ratus jiwa yang meragukan keberadaan tuhan..
Disini, diteras bangunan berkubah ini aku berjumpa dengan puluhan manusia yang usai bersimpuh pada Allah..
Entah berapa jiwa disini yang ingat kematian sekarang, yang sama sepertiku..
Adakalanya aku berharap cepat mati untuk bertemu dengan tuhan,
Aakalanya aku mendoa umur yg panjang untuk berbuat amalan baik sebanyak-banyaknya. Adakalanya aku mensyukuri semua yg kuterima. Adakalanya aku khilaf, kecewa pada hidupku sendiri.
Tapi adakalanya aku hanya menjalani hidup seperti air.. Entahlah.
-masjid An-Nur
Kupu-kupu semalam aku bermimpi, sakratul maut dipangkuan ayahku.
Saat itu aku begitu tenang, rasanya aku meninggalkan senyum di wajah pucat pasiku..
Kupu-kupu begitu hebatnya riwayatmu, terbang indah bebas setelah kau bersemayam tenang dalam cangkang kepompongmu yg lucu.
Tahukah kau, saat melihatmu terbujur mati sendirian?
Kau tetap membuka sayapmu dan tetap indah..
Kau memberi inspirasi pada jiwa yang sedang berjalan pada keyakinan yang rapuh..
Aku sadar aku tak pernah puas, tak pernah bersyukur atas apa yg sudah tuhan berikan pada hidupku ini..
Entah berapa juta orang yang lebih menderita,
tapi sungguh. Diluar itu aku senantiasa berdoa jutaan kali lipatnya merasakan kebahagiaan..
Kupu-kupu aku tengah duduk di teras bangunan yang berkubah.
Dimana tadi aku mendengar alunan bedug dan adzan yang indah, aku juga bersimpuh didalam bangunan ini sejenak menjadi manusia pendoa yang ingat dosa-dosa besarku..
Kupu-kupu, dari sisi kiniku.. Sejenak terlintas dalam hatiku.
Kematian adalah kepastian yang menjadi kodrat bagi yang hidup, meski tak pasti waktunya tapi ia akan datang.
Entah berapa triliun jiwa berdoa untuk diberi umur panjang, entah berapa milyar yang mendoa senantiasa mendapat kesehatan..
Aku juga sempat merinci berapa juta orang di atas bumi ini yang bersyukur, karen ribuan orang mungkin masih kebingungan mencari seperti apa tuhan dan agama yang benar. Tapi aku tak menghiraukan berapa ratus jiwa yang meragukan keberadaan tuhan..
Disini, diteras bangunan berkubah ini aku berjumpa dengan puluhan manusia yang usai bersimpuh pada Allah..
Entah berapa jiwa disini yang ingat kematian sekarang, yang sama sepertiku..
Adakalanya aku berharap cepat mati untuk bertemu dengan tuhan,
Aakalanya aku mendoa umur yg panjang untuk berbuat amalan baik sebanyak-banyaknya. Adakalanya aku mensyukuri semua yg kuterima. Adakalanya aku khilaf, kecewa pada hidupku sendiri.
Tapi adakalanya aku hanya menjalani hidup seperti air.. Entahlah.
-masjid An-Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar